Strategi Binary Options Dengan Pivot Point
Salah satu tantangan terbesar dalam trading ialah menentukan kapan harga akan mengalami reversal atau justru melanjutkan tren. Meski tak bisa dikatakan mudah, hal ini penting untuk diketahui alasannya ialah sanggup menjadi pola dalam penggunaan aneka macam macam strategi, baik di spot forex maupun binary options. Berbagai indikator pun diciptakan dan dilengkapi dengan sajian analisa level-level support dan resistance, dengan tujuan untuk membantu trader mengetahui pola pergerakan harga secara lebih presisi.
Meski begitu, tak bisa dipungkiri, meskipun memakai indikator, faktor subyektivitas seringkali masih turut besar lengan berkuasa dalam menentukan level-level support atau resisten. Indikator Fibonacci misalnya, menuntut kejelian para trader untuk menentukan sendiri poin penarikan garis-garis swing high dan swing low atau garis-garis support dan resistance. Namun jangan khawatir, masih ada indikator yang sifatnya lebih obyektif, yakni Pivot Poin. Indikator pivot poin ini juga cocok bagi trader binary option.
Pivot point sanggup diartikan sebagai level harga yang mencerminkan poin reversal pada price action suatu instrumen. Dalam hal ini, penghitungan pivot point sanggup menghasilkan level support dan resistance, dimana harga memang diharapkan mengalami bounce ketika mencapai level-level tersebut. Jika harga melewati batas-batas pivot poin tertentu, maka hal ini sanggup diartikan sebagai awal pembentukan sentimen bullish atau bearish.
Bagi trader yang ingin mengetahui penghitungan pivot point secara manual, berikut ialah rumus perolehan pivot point yang paling sering diterapkan:
Keterangan:
high: harga tertinggi
low: harga terendah
close: harga penutupan
Harga tertinggi, terendah, dan penutupan diperoleh dari level harga pada penutupan periode sebelumnya. Hal ini tergantung pada time frame yang dipakai oleh trader. Jika trader mengamati chart harian, maka yang diambil ialah perolehan harga dari hari sebelumnya. Begitu juga dengan time frame mingguan, trader akan mengambil pencapaian harga dari ahad sebelumnya.
Trader sanggup memperkirakan dengan lebih niscaya apakah harga akan meneruskan tren bila level tersebut sudah menembus titik support atau resistance pertama (S1/R1). Area S1 dan R1 memang menjadi wilayah yang sangat penting, mengingat harga bisa diprediksi untuk mengalami penguatan tren apabila level-level ini tertembus. Contoh sederhana dari penggunaan pivot point dengan titik support dan resistance pertama sanggup dilihat dari gambar di bawah ini:
Pada chart GBP/USD dengan time frame 30 menit di atas, harga mengatakan penguatan uptrend yang terkonfirmasi sehabis menembus level S1. Pada situasi tersebut, pembukaan posisi "call" dengan expiry time 1 jam hingga 1 hari sanggup dilakukan untuk memanen profit dari pergerakan pair di atas.
Sementara itu, level-level S2/R2 dan S3/R3 sanggup dimanfaatkan untuk mengamati level harga yang akan mengalami pullback, atau berada pada titik jenuhnya.
Pada grafik di atas, pergerakan harga mengalami pullback sehabis tidak bisa menembus level S2, bila retracement tidak sanggup menyentuh level tersebut, trader sanggup menempatkan option "put" untuk memperkirakan terjadinya pembalikan harga. Expiry time per jam hingga harian bisa dipilih untuk memperoleh laba dari kondisi pergerakan pair USD/JPY di atas.
Di samping itu, perlu ditekankan bahwa penggunaan indikator lain yang mengkonfirmasi sinyal trading sanggup membantu trader dalam menempatkan option pada posisi trading binary options. Grafik USD/JPY di atas membuktikan sinyal trading "put" yang kuat alasannya ialah selain analisis dari pivot poin, indikator RSI yang tampak di bawah juga mengindikasikan level harga sudah mencapai poin overbought.
Pivot point juga sanggup dipakai untuk menganalisis posisi entry option yang tepat, baik ketika pasar sedang ranging maupun ketika berada dalam kondisi tren.
Saat Kondisi Sideways
Ide pokok dari penggunaan pivot point ialah untuk memanfaatkan level R1 atau S1 sebagai indikator utama dalam menentukan tren pergerakan harga. Bagi trader yang memperkirakan kondisi pasar akan sideways, posisi trading harus segera ditutup ketika level harga akan mendekati level-level terdekat dari PP.
Untuk menempatkan option "call", trader sanggup menunggu harga untuk bergerak di atas PP, yang akan lebih terkonfirmasi bila harga terus naik mendekati level R1. Pada tahap ini, akan lebih kondusif bila trader mengunci profitnya dengan menutup posisi trading ketika harga menyentuh poin R1, alasannya ialah kondisi yang ranging menampilkan harga yang sulit menembus batas-batas support dan resistance. Oleh alasannya ialah itu, trader harus sanggup memperkirakan berapa usang waktu yang diharapkan oleh harga suatu instrumen untuk mencapai poin tersebut, semoga sanggup menentukan batas expiry time secara tepat.
Sebaliknya, trader sanggup menentukan option "put" bila harga bergerak turun lebih rendah dari PP. Perkiraan expiry time yang ditentukan juga sebaiknya memperhitungkan pencapaian level harga menuju S1, alasannya ialah pada area ini grafik gres akan mengatakan sinyal trading yang niscaya ketika level harga berhasil breakout atau justru bounce dari titik tersebut.
Saat Kondisi Tren
Trader sanggup memperkirakan terjadinya tren bila level harga menembus level S1 atau R1. Penting untuk diketahui bahwa breakout pada R1 tidak serta merta akan mengindikasikan penguatan uptrend, begitu pula dengan penembusan pada S1. Yang perlu digarisbawahi di sini ialah breakout pada level-level R1 atau S1 akan mengatakan tren yang kuat, namun tidak menjamin apakah arah tren tersebut akan konsisten terhadap level-level yang ditembusnya. Harga bisa saja mengalami downtrend yang sangat kuat sehabis menembus R1, atau mengalami reversal uptrend sehabis breakout dari level S1.
Maka dari itu, trader perlu memperhatikan karakteristik pembentukan breakout yang biasanya dimulai sehabis harga bergerak di posisi yang sama dalam beberapa waktu. Salah satu cara yang bisa dipakai untuk memastikan arah pembentukan tren ialah dengan memperhatikan pola pembentukan harga pada level-level support dan resistance. Sebelum terjadi tren bullish, harga akan menguji level resistance untuk beberapa ketika sambil mengatakan poin retracement yang nampak semakin tinggi. Perilaku tersebut mengindikasikan tekanan untuk buy, yang tidak usang kemudian akan mengatakan pola penguatan uptrend secara signifikan.
Untuk menganalisis tren bearish, trader sanggup mengamati pergerakan harga yang menguji level support untuk beberapa waktu, dengan poin retracement yang semakin rendah. Dengan demikian, sinyal "put" untuk trader akan semakin kuat alasannya ialah harga tidak usang lagi akan mengalami breakout dan mengatakan downtrend yang kuat.
Sebagai contoh, mari kita amati grafik EUR/USD dengan time frame H4 pada gambar di bawah ini:
Dari grafik di atas, sanggup dilihat bahwa pergerakan harga menguji level R1 untuk beberapa saat, sebelum kesudahannya turun kembali dan mengalami bounce pada poin pivot (PP). Sebenarnya, hal ini saja sudah cukup untuk mengkonfirmasi sinyal "call", alasannya ialah harga akan kembali naik menyentuh level R1. Setelah berhasil menembus R1, harga kemudian menguji level R2 dengan poin retracement yang tidak bisa mencapai PP, sehingga breakout ke atas ialah kemungkinan terbesar yang akan terjadi pada pergerakan pair EUR/USD dalam ilustrasi di atas.
Apa yang terjadi bila harga benar-benar mengalami uptrend menyerupai gambar di atas? Tentu saja ini sanggup mengkonfirmasi pembukaan posisi gres dengan option "call". Apabila tren terus berlanjut menembus level R2 dan R3, trader binary options sanggup lebih leluasa menentukan waktu expiry time untuk posisi tradingnya. Terdapat 3 skenario trading yang sanggup diterapkan pada pola pergerakan harga tersebut, diantaranya adalah:
1. Membuka posisi dengan jenis trading in/out, dimana option yang dipilih ialah "out", untuk memperkirakan level harga berada di luar jangkauan S1-R1. Expiry time yang dipakai ialah 1 minggu.
2. Menggunakan jenis trading rise/fall, dengan asumsi EUR/USD akan "rise" di atas poin R1, dengan mengaplikasikan batas expiry time harian.
3. Membuka posisi dengan jenis trading touch/no touch, dimana option yang ditempatkan ialah "touch" pada range harga di antara level R1 dan R2, dengan expiry time satu minggu.
Di samping itu, trader juga perlu mengantisipasi seberapa kuat harga bereaksi ketika harga menembus level-level tertentu. Adanya fakeout dan breakout juga perlu menjadi perhatian khusus bila trader tidak ingin option-nya berakhir out-of-the-money.
Oleh alasannya ialah itu, penggabungan pivot point dengan beberapa indikator teknikal lain dan pengamatan pola candlestick sangat disarankan dalam trading binary options. Hal ini akan membantu trader menyaring sinyal-sinyal trading palsu dan meningkatkan akurasi pada seni administrasi binary options dengan pivot point.
Dikutip dari: http://www.seputarforex.com
Meski begitu, tak bisa dipungkiri, meskipun memakai indikator, faktor subyektivitas seringkali masih turut besar lengan berkuasa dalam menentukan level-level support atau resisten. Indikator Fibonacci misalnya, menuntut kejelian para trader untuk menentukan sendiri poin penarikan garis-garis swing high dan swing low atau garis-garis support dan resistance. Namun jangan khawatir, masih ada indikator yang sifatnya lebih obyektif, yakni Pivot Poin. Indikator pivot poin ini juga cocok bagi trader binary option.
Pivot point sanggup diartikan sebagai level harga yang mencerminkan poin reversal pada price action suatu instrumen. Dalam hal ini, penghitungan pivot point sanggup menghasilkan level support dan resistance, dimana harga memang diharapkan mengalami bounce ketika mencapai level-level tersebut. Jika harga melewati batas-batas pivot poin tertentu, maka hal ini sanggup diartikan sebagai awal pembentukan sentimen bullish atau bearish.
Mengapa Pivot Point?
Terdapat 4 alasan bagi trader binary options untuk memakai pivot point:- Pertama, pivot points mempunyai sistem penghitungan yang mudah.
- Kedua, poin-poin yang diperoleh dari perhitungan pivot poin juga sangat fleksibel untuk ditempatkan dalam chart aneka macam instrumen, menyerupai forex, saham, komoditas, binary options, dan aset finansial lain yang sanggup diperdagangkan.
- Alasan ketiga dari penggunaan pivot point ialah tingkat akurasinya yang cukup tinggi. Inilah yang menyebabkan pivot poin terkenal di kalangan trader. Ketepatan sinyal trading yang dihasilkan hampir selalu memenuhi ekspektasi trader.
- Keempat, pivot point ialah indikator utama dalam metode price action. Jika dibandingkan dengan indikator MA (Moving Averages), pivot point lebih cepat merespon pergerakan alasannya ialah trader hanya perlu mengantisipasi level harga apakah akan memantul (bounce) atau menembus (breakout) level dari indikator ini. Sementara MA didasarkan dari pembentukan harga dalam 5, 10, atau 30 hari sehingga sifatnya akan lagging atau ketinggalan dalam pergerakan market yang sedang berlangsung.
Cara Menghitung Pivot Point
Banyak cara yang sanggup dilakukan untuk menghitung pivot point. Semakin majunya teknologi ketika ini memungkinkan trader untuk menghitung pivot point secara otomatis melalui kalkulator pivot point. Trader juga tidak perlu mengunduh aplikasi tertentu untuk memperoleh kalkulasi yang tepat, alasannya ialah ketika ini banyak situs forex yang menyediakan kalkulator pivot point secara online.Bagi trader yang ingin mengetahui penghitungan pivot point secara manual, berikut ialah rumus perolehan pivot point yang paling sering diterapkan:
Pivot Point | (PP): | (high + close + low)/3 |
Resistance 1 | (R1): | (2 x PP) - low |
Resistance 2 | (R2): | PP + (high - low) |
Resistance 3 | (R3): | high + 2 x (PP-low) |
Support 1 | (S1): | (2 x PP) - high |
Support 2 | (S2): | PP - (high - low) |
Support 3 | (S3): | low - 2 x (high - PP) |
Keterangan:
high: harga tertinggi
low: harga terendah
close: harga penutupan
Harga tertinggi, terendah, dan penutupan diperoleh dari level harga pada penutupan periode sebelumnya. Hal ini tergantung pada time frame yang dipakai oleh trader. Jika trader mengamati chart harian, maka yang diambil ialah perolehan harga dari hari sebelumnya. Begitu juga dengan time frame mingguan, trader akan mengambil pencapaian harga dari ahad sebelumnya.
Pivot Point Dalam Binary Options
Saat berbicara mengenai binary options, trader akan dihadapkan pada 2 pilihan, yaitu "call" atau "put" yang memperkirakan apakah harga akan bergerak naik atau turun, dan kemudian menempatkan option pada pilihan yang lebih diyakininya. Dalam hal ini, pivot point sanggup menjadi penentu sentimen pergerakan harga.Trader sanggup memperkirakan dengan lebih niscaya apakah harga akan meneruskan tren bila level tersebut sudah menembus titik support atau resistance pertama (S1/R1). Area S1 dan R1 memang menjadi wilayah yang sangat penting, mengingat harga bisa diprediksi untuk mengalami penguatan tren apabila level-level ini tertembus. Contoh sederhana dari penggunaan pivot point dengan titik support dan resistance pertama sanggup dilihat dari gambar di bawah ini:
Penggunaan pivot point R1 dalam binary options
Pada chart GBP/USD dengan time frame 30 menit di atas, harga mengatakan penguatan uptrend yang terkonfirmasi sehabis menembus level S1. Pada situasi tersebut, pembukaan posisi "call" dengan expiry time 1 jam hingga 1 hari sanggup dilakukan untuk memanen profit dari pergerakan pair di atas.
Sementara itu, level-level S2/R2 dan S3/R3 sanggup dimanfaatkan untuk mengamati level harga yang akan mengalami pullback, atau berada pada titik jenuhnya.
Penggunaan pivot point R2 dalam binary options
Pada grafik di atas, pergerakan harga mengalami pullback sehabis tidak bisa menembus level S2, bila retracement tidak sanggup menyentuh level tersebut, trader sanggup menempatkan option "put" untuk memperkirakan terjadinya pembalikan harga. Expiry time per jam hingga harian bisa dipilih untuk memperoleh laba dari kondisi pergerakan pair USD/JPY di atas.
Di samping itu, perlu ditekankan bahwa penggunaan indikator lain yang mengkonfirmasi sinyal trading sanggup membantu trader dalam menempatkan option pada posisi trading binary options. Grafik USD/JPY di atas membuktikan sinyal trading "put" yang kuat alasannya ialah selain analisis dari pivot poin, indikator RSI yang tampak di bawah juga mengindikasikan level harga sudah mencapai poin overbought.
Pivot point juga sanggup dipakai untuk menganalisis posisi entry option yang tepat, baik ketika pasar sedang ranging maupun ketika berada dalam kondisi tren.
Saat Kondisi Sideways
Ide pokok dari penggunaan pivot point ialah untuk memanfaatkan level R1 atau S1 sebagai indikator utama dalam menentukan tren pergerakan harga. Bagi trader yang memperkirakan kondisi pasar akan sideways, posisi trading harus segera ditutup ketika level harga akan mendekati level-level terdekat dari PP.
Untuk menempatkan option "call", trader sanggup menunggu harga untuk bergerak di atas PP, yang akan lebih terkonfirmasi bila harga terus naik mendekati level R1. Pada tahap ini, akan lebih kondusif bila trader mengunci profitnya dengan menutup posisi trading ketika harga menyentuh poin R1, alasannya ialah kondisi yang ranging menampilkan harga yang sulit menembus batas-batas support dan resistance. Oleh alasannya ialah itu, trader harus sanggup memperkirakan berapa usang waktu yang diharapkan oleh harga suatu instrumen untuk mencapai poin tersebut, semoga sanggup menentukan batas expiry time secara tepat.
Sebaliknya, trader sanggup menentukan option "put" bila harga bergerak turun lebih rendah dari PP. Perkiraan expiry time yang ditentukan juga sebaiknya memperhitungkan pencapaian level harga menuju S1, alasannya ialah pada area ini grafik gres akan mengatakan sinyal trading yang niscaya ketika level harga berhasil breakout atau justru bounce dari titik tersebut.
Saat Kondisi Tren
Trader sanggup memperkirakan terjadinya tren bila level harga menembus level S1 atau R1. Penting untuk diketahui bahwa breakout pada R1 tidak serta merta akan mengindikasikan penguatan uptrend, begitu pula dengan penembusan pada S1. Yang perlu digarisbawahi di sini ialah breakout pada level-level R1 atau S1 akan mengatakan tren yang kuat, namun tidak menjamin apakah arah tren tersebut akan konsisten terhadap level-level yang ditembusnya. Harga bisa saja mengalami downtrend yang sangat kuat sehabis menembus R1, atau mengalami reversal uptrend sehabis breakout dari level S1.
Maka dari itu, trader perlu memperhatikan karakteristik pembentukan breakout yang biasanya dimulai sehabis harga bergerak di posisi yang sama dalam beberapa waktu. Salah satu cara yang bisa dipakai untuk memastikan arah pembentukan tren ialah dengan memperhatikan pola pembentukan harga pada level-level support dan resistance. Sebelum terjadi tren bullish, harga akan menguji level resistance untuk beberapa ketika sambil mengatakan poin retracement yang nampak semakin tinggi. Perilaku tersebut mengindikasikan tekanan untuk buy, yang tidak usang kemudian akan mengatakan pola penguatan uptrend secara signifikan.
Untuk menganalisis tren bearish, trader sanggup mengamati pergerakan harga yang menguji level support untuk beberapa waktu, dengan poin retracement yang semakin rendah. Dengan demikian, sinyal "put" untuk trader akan semakin kuat alasannya ialah harga tidak usang lagi akan mengalami breakout dan mengatakan downtrend yang kuat.
Sebagai contoh, mari kita amati grafik EUR/USD dengan time frame H4 pada gambar di bawah ini:
Dari grafik di atas, sanggup dilihat bahwa pergerakan harga menguji level R1 untuk beberapa saat, sebelum kesudahannya turun kembali dan mengalami bounce pada poin pivot (PP). Sebenarnya, hal ini saja sudah cukup untuk mengkonfirmasi sinyal "call", alasannya ialah harga akan kembali naik menyentuh level R1. Setelah berhasil menembus R1, harga kemudian menguji level R2 dengan poin retracement yang tidak bisa mencapai PP, sehingga breakout ke atas ialah kemungkinan terbesar yang akan terjadi pada pergerakan pair EUR/USD dalam ilustrasi di atas.
Apa yang terjadi bila harga benar-benar mengalami uptrend menyerupai gambar di atas? Tentu saja ini sanggup mengkonfirmasi pembukaan posisi gres dengan option "call". Apabila tren terus berlanjut menembus level R2 dan R3, trader binary options sanggup lebih leluasa menentukan waktu expiry time untuk posisi tradingnya. Terdapat 3 skenario trading yang sanggup diterapkan pada pola pergerakan harga tersebut, diantaranya adalah:
1. Membuka posisi dengan jenis trading in/out, dimana option yang dipilih ialah "out", untuk memperkirakan level harga berada di luar jangkauan S1-R1. Expiry time yang dipakai ialah 1 minggu.
2. Menggunakan jenis trading rise/fall, dengan asumsi EUR/USD akan "rise" di atas poin R1, dengan mengaplikasikan batas expiry time harian.
3. Membuka posisi dengan jenis trading touch/no touch, dimana option yang ditempatkan ialah "touch" pada range harga di antara level R1 dan R2, dengan expiry time satu minggu.
Yang Perlu Diperhatikan Dari Pivot Point
Kemampuan pivot point untuk menganalisis pergerakan harga yang akan terjadi dengan level-level support dan resistance, bukan tidak mempunyai kelemahan sama sekali. Indikator penentu yang dihasilkan dari penghitungan harga penutupan ini ialah salah satu indikator jangka pendek, yang hasil analisisnya hanya akan berlaku hingga simpulan suatu sesi trading saja. Untuk mengantisipasinya, expiry time pada posisi trading hendaknya diadaptasi dengan time frame yang diamati. Hal ini dikarenakan, aktivitas harga (price action) akan lebih sulit untuk diprediksi ketika mulai memasuki periode trading berikutnya.Di samping itu, trader juga perlu mengantisipasi seberapa kuat harga bereaksi ketika harga menembus level-level tertentu. Adanya fakeout dan breakout juga perlu menjadi perhatian khusus bila trader tidak ingin option-nya berakhir out-of-the-money.
Oleh alasannya ialah itu, penggabungan pivot point dengan beberapa indikator teknikal lain dan pengamatan pola candlestick sangat disarankan dalam trading binary options. Hal ini akan membantu trader menyaring sinyal-sinyal trading palsu dan meningkatkan akurasi pada seni administrasi binary options dengan pivot point.
Dikutip dari: http://www.seputarforex.com